Akuntansi Komparatif Jepang dan Cina

AKUNTANSI KOMPARATIF JEPANG DAN CINA
Mari kita bedah akuntansi di negara Jepang dan Cina. Semuanya pasti tahu Jepang adalah negara yang memiliki tingkat perkembangan ekonomi yang tinggi. Dibandingkan yang lain Jepang merupakan negara dengan tingkat perekonomian tertinggi nomor dua setelah Amerika Serikat dan menjadi rumah untuk bisnis-bisnis terbesar dunia. Dan tahukah? Jepang ternyata merupakan salah satu pendiri Komite Standar Akuntansi Internasional (Internasional Accounting Standars Committee), dan telah menjadi Dewan Standar Akuntansi Internasional (ISAB) dan memiliki peraturan utama dalam menjalankan agenda ISAB. Jepang juga mempunyai komitmen loh untuk memusatkan prinsip akuntansi umum berlaku nasional (GAAP) dengan standar Laporan Keuangan Internasional (IFRS). Jadi sekarang kita dapat simpulkan bahwa Jepang itu sangat berpengaruh terhadap akuntansi di negara-negara. Selanjutnya yuk kita tengok negara Cina. Negara Cina memiliki perekonomian yang baru muncul dan sudah dipastikan Cina merupakan negara dengan populasi terbesar didunia. Bukan sekedar itu saja, tetapi perusahaan seluruh dunia saling bersaing untuk berbisnis disana. Luar biasa bukan negara Cina itu. Berbicara mengenai Cina, Cina cenderung kearah ekonomi pasar sosialitas yang merupakan rencana ekonomi dengan adaptasi pasar. Perkembangan akuntansi memiliki peran yang sangat penting terhadap perubahan ekonomi Cina secara struktural.
Nah setelah mengetahui latar belakang perekonomian masing – masing negara, langsung saja yuk kita intip sedikit satu persatu akuntansi dinegara Jepang dan Cina tersebut.
A. Jepang
Di Jepang Akuntansi dan Pelaporan Keuangan mencerminkan gabungan berbagai pengaruh domestik dan internasional. Untuk memahami akuntansi di Jepang, seseorang harus memahami budaya, praktik usaha dan sejarah Jepang. Pemerintah nasional Jepang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap akuntansi Jepang. Regulasi akuntansi berdasarkan tiga badan hukum: undang-undang perusahaan (company law), undang-undang pertukaran dan sekuritas (securities and exchange law), dan undang-undang pajak penghasilan perusahaan (corporate income tax law). Penetapan standar akuntansi di Jepang terjadi pada tahun 2001 dengan pembentukan Badan Standar Akuntansi Jepang dan lembaga pengawas yang terkait dikenal dengan Lembaga Standar Akuntansi Keuangan. Sebagai organisasi sektor swasta yang independen ASJB diharapkan menjadi lebih kuat dan lebih transparan dan tidak terpengaruh oleh tekanan politik dan bertujuan khusus. ASJB juga bekerja sama dengan IASB dalam mengembangkan IFRS. Perusahaan yang bergabung dibawah undang-undang dibutuhkan untuk mempersiapkan laporan yang berwenang agar disetujui saat rapat oleh para pemegang saham, isinya antara lain: (1.) Neraca, (2.) Laporan laba rugi, (3.) Laporan atas perubahan ekuitas pemegang saham, (4.) Laporan bisnis, (5.) Jadwal terkait. Catatan yang melengkapi neraca dan laporan laba rugi menggambarkan kebijakan akuntansi dan menyediakan tambahan lain. Laporan bisnis dan pengendalian internal Jepang, informasi mengenai operasional, posisi keuangan dan hasil operasional. Beberapa jadwal pendukung juga dibutuhkan akan tetapi terpisah dengan catatan.
A. Cina
Karakteristik dasar akuntansi Cina dimulai sejak pembentukan RRC pada tahun 1949. Undang-undang akuntansi terakhir kali diubah pada tahun 2000. Hal ini menguraikan prinsip umum akuntansi dan menjelaskan peran pemerintah dan berbagai hal yang dibutuhkan dalam prosedur akuntansi. Periode pembukuan diminta sesuai dengan kalender tahunan. Laporan keuangan akuntansi Cina terdiri atas: (1.) Neraca, (2.) Laporan laba rugi, (3.) Laporan arus kas, (4.) Laporan perubahan ekuitas, (5.) Catatan. Laporan tambahan dibutuhkan untuk pengungkapan penurunan nilai aset, perubahan struktur modal, apropriasi labadan bisnis dan segmen geografis. Catatan mencakup sebuah laporan kebijakan akuntansi.
B. Rangkuman praktik akuntansi
Jepang ,Cina
1. Penggabungan usaha : pembelian atau pooling, Keduanya Pembelian
2. Goodwill : Kapitalisasi dan amortisasi dan uji penurunan nilai , Kapitalisasi dan uji penurunan nilai
3. Assosiasi : Metode Ekuitas ,Metode Ekuitas
4. Penilaian Asset : Harga Perolehan , Harga Perolehan
5. Biaya Depresiasi :Berbasis pajak , Berbasis ekonomi
6. Penilaian Persediaan: Boleh,  Dilarang
7. Kemungkinan Rugi: Diakui (Accrued) , Diakui (Accrued)
8. Sewa Pembiayaan: Dikapitalisasi, Dikapitalisasi
9. Pajak Tangguhan: Diakui (Accrued),  Diakui (Accrued)
10.Cadangan untuk memuluskan pendapatan: Tidak , Tidak

Dilihat dari praktik akuntansinya terdapat beberapa perbedaan, untuk Jepang bisnis gabungan dihitung karena pembelian dan pooling, sedangkan Cina hanya berdasarkan pembelian. Berdasarkan goodwillnya Jepang dihitung berdasarkan harga pasar bersih yang didapatkan dan amortisasi 20 tahun serta diuji tes penurunan nilai, dan untuk Cina goodwill merupakan perbedaan biaya dan harga pasar aset dan kewajiban yang diakuisisi dan diuji untuk tes penurunan uji. Berdasarkan Biaya depresiasi, Di Jepang aset tetap dinilai pada biaya dan didepresiasikan berkenaan dengan hukum pajak, sedangkan Cina memdepresiasikan aset berwujud berdasarkan masa manfaat yang diharapkan, biasanya berbasis langsung. Perbedaan selanjutnya pada negara Jepang persediaan dihitung dengan kecocokan biaya dan menerima metode FIFO, LIFO serta metode biaya rata-rata. Sedangkan di Cina metode FIFO dan rata-rata adalah metode pembiayaan dan persediaan ditulis dalam penurunan harga.

Sumber:

Choi, Frederick D.S dan Meek, Gary K. 2012. International Accounting, Buku 1 Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat